Arman Hakim Nasution
ABSTRAKSI
Tulisan ini mendiskusikan aplikasi AHP untuk seleksi tenaga akademik di
Jurusan Teknik Industri ITS Seleksi tenaga akademik merupakan problem keputusan
tidak terstruktur yang melibatkan multi atribut berupa kriteria-kriteria yang ditentukan berdasarkan analisis
pekerjaan yang akan dihadapi oleh tenaga akademik tersebut. Dengan menentukan
kriteria-kriteria yang tepat maka diharapkan hasil seleksi tersebut dapat
mendukung pengembangan karir institusi
pendidikan tersebut. Output yang dihasilkan oleh model ini adalah rangking
pelamar yang terpilih sebagai calon tenaga akademik. Meskipun demikian, model
ini hanya membantu pengambilan keputusan. Keputusan akhir tetap akan ditentukan
oleh pengguna berdasarkan pertimbangan-pertimbangan lebih lanjut.
1. PENDAHULUAN
Dunia
pendidikan memegang peranan yang semakin penting dalam era globalisasi dan
pasar bebas yang akan dihadapi Indonesia beberapa tahun mendatang. Pada saatnya
nanti, lulusan pendidikan tinggi kita akan bersaing dengan lulusan dari negara
lain dalam memperebutkan kesempatan kerja di Indonesia dan sebaliknya. Suatu
masalah besar akan terjadi bila lulusan negara lain dapat memenangkan
persaingan di Indonesia, sedangkan lulusan dari dalam negeri tidak mempunyai
kemampuan bersaing baik untuk kesempatan kerja didalam negeri sekalipun.
Kondisi yang akan dihadapi
dimasa datang tersebut sangat perlu diantisipasi oleh dunia perguruan tinggi
pada umumnya, dan Jurusan teknik Industri ITS pada khususnya. Salah satu cara
antisipasi tersebut adalah dengan melakukan manajemen sumber daya pengajar
(dosen) sebagai salah satu unsur terpenting dalam sistem pendidikan. Manajemen
sumber daya dosen dapat dikelompokkan menjadi empat kegiatan utama, yaitu perencanaan seleksi
dosen baru, penilaian selama masa percobaan, perencanaan pengembangan, dan
promosi jabatannya.
Keempat kegiatan tersebut
perlu dilakukan secara simultan dan berkesinambungan agar dapat diperoleh
manfaat bersama untuk dua sisi, yaitu para dosen sebagai pribadi dan lembaga
pendidikan tinggi sebagai suatu sistem pendidikan. Sebagai pribadi,
kegiatan-kegiatan tersebut akan memacu para dosen dalam meningkatkan
profesionalismenya sebagai tenaga akademik (peningkatan golongan dan jabatan
akademik). Efek dari profesionalisme tersebut akan berimbas pada peningkatan
status akreditasi Jurusan Teknik Industri - ITS
baik secara nasional maupun internasional.
Gupta,
V.P dan Janakiram, Nanduri (1994 ) menyatakan peran penting dari disiplin Teknik
Industri dalam perencanaan SDM untuk mengantisipasi perubahan yang cepat dari
teknologi dan sistem kerja. Teknik Industri menjadi prasyarat bagi SDM untuk
mendisain sistem kerja yang menjadi dasar bagi bergeraknya SDM.
Miie,
Joshi M.N (1993) menekankan pentingnya pemikiran progresif dalam memenuhi
kebutuhan SDM untuk mengantisipasi persaingan tingkat dunia. Persaingan tingkat
dunia harus dilakukan dengan modernisasi teknik-teknik penggunaan material,
modernisasi mesin dan sistem produksi, dan juga modernisasi MSDM secara
bersama-sama. Pendekatan dalam modernisasi MSDM yang ditawarkan adalah
perencanaan seleksi, penilaian, perencanaan karir/pengembangan, dan promosi.
Mohanty,
R.P dan Deshmukh, S.G (1996) mendiskusikan aplikasi dari AHP dalam mengevaluasi
tenaga kerja. Evaluasi tenaga kerja merupakan problem keputusan yang bersifat
tidak terstruktur dan melibatkan multi atribut dari perbedaan level dalam
organisasi dan perbedaan sumber lingkungan pergaulan organisasi. Kesemua multi
atribut tersebut dicoba untuk diakomodasi dengan menerapkan AHP model untuk
memberikan masukan bagi pihak manajemen untuk menghasilkan keputusan evaluasi
yang tepat.
2. EVALUASI PROSES SELEKSI DENGAN ANALISA KUALITATIP
Proses
keputusan seleksi dalam kenyataannya melibatkan beberapa kriteria bersifat
kualitatip yang ditentukan oleh pengambil keputusan. Seringkali evaluasi dari
proses keputusan-keputusan tersebut diatas merupakan problem yang tidak
terstruktur. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
·
Kurangnya informasi yang lengkap
mengenai kebutuhan dan ketersediaan tenaga kerja pada suatu lingkungan yang
bersifat dinamis dan tidak pasti
·
Sedikitnya ketersediaan data
kuantitatif yang disebabkan karena sistem tersebut masih dalam tahap
perkembangan dan pembelajaran.
·
Adanya multi atribut yang
terlibat dalam keputusan evaluasi, dimana seringkali saling konflik dan
kadang-kadang saling melengkapi. Yang lebih menyulitkan, atribut yang demikian
tersebut tidak dapat dinyatakan dalam satuan unit pengukuran yang umum dan
beberapa atribut merefleksikan aspek-aspek psikologis seperti
pertimbangan-pertimbangan kualitatif.
Melihat
semua alasan tersebut, problem dalam seleksi, penilaian seringkali didasarkan
secara subjektif dan adokrasi dari pengambil keputusan. Simon, H.A. (1960) menyatakan dalam bukunya “New Science Of Management
Decision” bahwa seringkali pengambil keputusan menggunakan prinsip “bounded rationality” untuk sepragmatis mungkin dalam mencapai
tujuan organisasi pada kondisi terbatasnya informasi yang dibutuhkan.
Suatu
penggunaan metode MCDM akan dicoba untuk diterapkan khususnya untuk proses
seleksi. Hal ini disebabkan karena proses seleksi merupakan suatu bentuk
evaluasi awal yang harus seobjektif mungkin dan memberikan manfaat dengan
mengakomodasi multi atribut untuk tujuan organisasi. Dengan kata lain, proses
seleksi ini, yang diikuti oleh penilaian personel selama masa uji coba,
pengembangan personel dan perencanaan karir
harus memberikan manfaat dengan menempatkan orang yang tepat , pada
tempat yang tepat, pada pekerjaan yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dengan
biaya yang tepat.
3. MODEL
KEPUTUSAN BANYAK KRITERIA (MCDM)
Problem
MCDM mempunyai beberapa elemen khusus sebagai berikut :
·
Pernyataan dari problem
·
Suatu set dari alternatif yang
layak
·
Suatu set kriteria
·
Suatu skala estimasi
·
Suatu pemetaan dari alternatif
fisibel dengan skala estimasinya
·
Sistem preferensi dari pengambil
keputusan
·
Aturan keputusan
Problem–problem
dasar yang muncul dalam penyusunan model tersebut disebabkan oleh sulitnya
mendapatkan informasi yang diperlukan. Dalam banyak kasus, karakteristik
kriteria dari alternatif juga tidak lengkap ataupun tidak diketahui, beberapa
atau seluruh skala-skala kriteria belum dibentuk, estimasi-estimasi dalam
ukuran skala kriteria belum diperoleh untuk seluruh alternatif, dan aturan
keputusan belum dibentuk untuk memperoleh
urutan-urutan keputusan yang diperlukan. Kesemuanya ini menjadikan
formulasi model MCDM merupakan suatu prosedur
yang bersifat kompleks, dan ketepatan modelnya harus dinilai dalam konteks
aplikasi praktis untuk situasi tersebut.
Dalam
sudut pandang tersebut, maka Saaty, Thomas (1968) mengembangkan metode AHP yang
memungkinkan pengambil keputusan menyatakan interaksi multi faktor dalam
situasi yang kompleks dan tidak terstruktur. Proses dalam metode ini
mengharuskan pengambil keputusan untuk mengembangkan struktur hirarki
(berjenjang untuk faktor-faktor yang secara eksplisit diberikan pada problem
yang diberikan dan menentukan keputusan tentang kepentingan relatif dari
masing-masing faktor terhadap faktor lainnya, dimana hasil akhirnya adalah
untuk menentukan preferensi dari masing-masing alternatif keputusan. AHP akan
menghasilkan urutan ranking prioritas yang mengindikasikan keseluruhan
preferensi untuk masing-masing alternatif keputusan. Keunggulan AHP
dibandingkan metode MCDM lain (misal : Keputusan Multi Objektif) adalah bahwa
AHP didesain untuk memasukkan faktor-faktor tangiabel sebagaimana faktor-faktor
non-tangiabel, khususnya pada kondisi dimana pendapat subjektif dari individu-individu
yang berbeda merupakan bagian penting dari proses keputusan. Ketika membentuk
hirarki, pengambil keputusan perlu memasukkan detail-detail faktor dan atribut
yang relevan dalam menyatakan problem selengkap mungkin
4. PROSES HIERARKI ANALITIS (AHP)
Pendekatan
umum AHP adalah mendekomposisi seluruh masalah menjadi sub masalah yang lebih
kecil sehingga masing – masing sub masalah tersebut dapat dianalisa dan
diselesaikan secara tepat berdasarkan data dan informasi yang praktis. Tujuan
dari pendekomposisian seluruh masalah menjadi beberapa tingkatan adalah untuk
mencari perbandingan berpasangan seluruh elemen yang berhubungan. Proses
penyelesaian secara AHP terdiri dari tiga tahapan :
1. Penentuan derajat
kepentingan masing – masing atribut
2. Penentuan derajat
kepentingan dari masing-masing alternatif dalam hubungannya dengan masing –
masing atribut
3. Penentuan prioritas bobot
keseluruhan untuk masing – masing alternatif
Langkah manual dari model AHP dijelaskan pada
Lampiran.
5. ILUSTRASI
Untuk menggambarkan
mekanisme kerja model AHP, anggaplah ada satu masalah sederhana dari evaluasi
seleksi yang melibatkan tiga kandidat (A, B, dan C) yang akan dievaluasi dalam
beberapa kriteria. Gambar 1 menunjukkan skema format dari contoh problem
hirarki, dimana pada level pertama merupakan keseluruhan tujuan untuk menilai
kandidat terbaik yang ada. Level kedua menunjukkan beberapa kriteria seperti
kemampuan, pengetahuan, motivasi, dan kepribadian yang akan menentukan hasil
dari tujuan keseluruhan pada level pertama. Level ketiga menunjukkan bahwa kita
mempunyai sub kriteria untuk masing – masing kriteria pada l pada level kedua,
yaitu : intelegensi, riset, dan eksplanasi untuk kemampuan, dan bidang utama
serta bidang penunjang untuk kriteria pengetahuan. Level keempat menunjukkan
bahwa kita mempunyai tiga alternatif kandidat (A, B, C) yang perlu dievaluasi
seleksinya berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Gambar 1 menunjukkan
struktur model AHP yang meliputi tujuan dan kriteria – kriteria yang digunakan
untuk evaluasi seleksi
Gambar 1. Struktur Hirarki
AHP Model Seleksi Tenaga Akademik.
Tabel 1 memberikan suatu perbandingan berpasangan
dari masing – masing atribut dengan menggunakan prosedur yang dijelaskan pada
Lampiran. Terlihat disini, bahwa Kemampuan merupakan atribut terpenting
(prioritas = 0,582), diikuti oleh
Pengetahuan (prioritas = 0,279). Tabel 2 – 4 menunjukkan hasil
perbandingan berpasangan dari para kandidat (A, B, C) untuk masing – masing
atribut. Secara manual, model AHP ini dihitung sebagai berikut :
Tabel 1. Matriks
Perbandingan Berpasangan pada Level I (Pengetahuan)
|
KD
|
P
|
Mo
|
KP
|
Bobot Normalisasi
|
KD
|
1
|
3
|
7
|
8
|
0.582
|
P
|
1/3
|
1
|
5
|
5
|
0.279
|
Mo
|
1/7
|
1/5
|
1
|
3
|
0.090
|
KP
|
1/8
|
1/5
|
1/3
|
1
|
0.050
|
Total
|
1.6
|
4.4
|
13.3
|
17
|
|
Eigen Value : lmax = 1.6 ( 0.582) + 4.4
(0.279) + 13.3 (0.90) + 17 (0.09) = 4.198
CI =
Untuk n = 4, maka RI = 0.90 (dari tabel Randomly
Generated C.I), sehingga :
CR =
Tabel 2. Matriks Perbandingan Berpasangan pada Level 2
(Pengetahuan)
|
BU
|
BP
|
Bobot Normalisasi
|
BU
|
1
|
3
|
0.75
|
BP
|
1/3
|
1
|
0.25
|
Total
|
1.33
|
4
|
|
Eigen Value : lmax = 1.33 (0.75) + 4 (0.25)
= 1.9975
Karena untuk n = 2,
mempunyai nilai RI = 0, maka CR dianggap juga sama dengan nol (diterima)
|
I
|
R
|
E
|
Bobot Normalisasi
|
I
|
1
|
3
|
1
|
6.428
|
R
|
1/3
|
1
|
5
|
0.364
|
E
|
1
|
1/5
|
1
|
0.206
|
Total
|
2.33
|
4.2
|
7
|
|
Eigen Value : lmax = 2.33 (0.428) +
4.2 (0.364) + 7 (0.206) = 3.968
CI =
Cr =
Tabel 3. Matriks Perbandingan Berpasangan pada Level 3
Kemampuan
|
A
|
B
|
C
|
Bobot
Normalisasi
|
A
|
1
|
2
|
3
|
0.540
|
B
|
½
|
1
|
2
|
0.297
|
C
|
1/3
|
½
|
1
|
0.163
|
lmax = 3.609
CI = 0.005
CR = 0.008
(Diterima)
Pengetahuan
|
A
|
B
|
C
|
Bobot
Normalisasi
|
A
|
1
|
1/5
|
½
|
0.106
|
B
|
5
|
1
|
7
|
0.745
|
C
|
2
|
1/7
|
1
|
0.150
|
lmax = 3.119
CI = 0.059
CR = 0.10
(Diterima)
Begitu juga untuk motivasi
dan kepribadian.
Karena pada MPB Level I diketahui bahwa bobot motivasi dan
kepribadian cukup kecil, maka hal tersebut bisa diabaikan dengan menyesuaikan
bobot total kembali.
Penyesuaian bobot dari KD =
Penyesuaian bobot dari P =
Rangking kandidat secara
keseluruhan akan diperoleh sebagai berikut :
Tabel 4. Ranking Total Kandidat
|
Kemampuan
(0.67)
|
Pengetahuan
(0.33)
|
Bobot
Total
|
Rangking
|
Kandidat
A
|
0.540
|
0.106
|
0.395
|
2
|
Kandidat
B
|
0.297
|
0.745
|
0.444
|
1*
|
Kandidat
C
|
0.163
|
0.150
|
0.159
|
3
|
6. KESIMPULAN
Kegiatan
seleksi untuk tenaga akademik merupakan hal yang strategis khususnya ketika
pihak manajemen perguruan tinggi mensyaratkan beberapa faktor yang bersifat
kualitatif (subjektif). Dengan metode AHP, maka faktor-faktor subjektif tersebut dapat diakomodasi secara fair, sehingga hasil dari seleksi akan
dapat dipertanggungjawabkan.
Appendix :
Langkah Dasar Pada Model AHP
Struktur umum dari
pendekatan secara model AHP dapat dijelaskan dengan prosedur sebagai
berikut :
Langkah
1 : Tunjukkan kandidat yang akan diseleksi ( Ki,
1 £ I £ n ) kemampuannya.
Langkah
2 : Identifikasi faktor-faktor yang bersifat
intrinsik maupun ekstrinsik yang mungkin mempunyai dampak terhadap organisasi.
Untuk setiap dampak tersebut, lakukan identifikasi kriteria (Ci, 1 £ I £ m ) dan kuantifikasikan indikator-indikator
kriteria tersebut sebaik mungkin.
Langkah
3 : Kembangkan suatu struktur grafis dari problem
yang meliputi keseluruhan tujuan, faktor-faktor, kriteria dan
alternatif-alternatif keputusan sehingga grafis tersebut menunjukkan hirarki
untuk problem tersebut.
Langkah
4 : Berikan bobot untuk masing-masing alternatif
berdasarkan kepentingan relatifnya terhadap masing-masing kriteria keputusan.
Hal ini dilakukan dengan melakukan perbandingan berpasangan dari alternatif
berdasarkan kriteria keputusan.
Suatu skala tipikal untuk perbandingan berpasangan
yang digunakan untuk mempersiapkan elemen matriks perbandingan berpasangan Mk ij untuk masing-masing kriteria Ck (dimana
Ak ij dievaluasi ketika Ai dibandingkan dengan Aj. Format umum dari matriks
perbandingan berpasangan ditunjukkan pada tabel.
Langkah
5 : Bila matriks perbandingan telah dibuat untuk
kriteria Ck, maka normalisasi prioritas dilakukan dengan cara :
a. Jumlahkan nilai dari
masing-masing kolom Ak.
b. Bagi masing-masing elemen dalam
kolom dengan total nilai kolom sehingga menghasilkan matriks perbandingan
berpasangan yang dinormalisasi.
c. Hitung rata-rata elemen setiap
baris dari matriks perbandingan dinormalisasi sehingga menghasilkan estimasi
vektor alternatif PM k1 menunjukkan prioritas untuk alternatif A1 dalam
hubungannya dengan kriteria Ck.
Langkah
6 : Sebagai tambahan dari perbandingan
berpasdangan dari n alternatif, gunakan prosedur perbandingan berpasangan yang
sama untuk menunjukkan prioritas semua kriteria sehingga menunjukkan tingkat
kepentingannya terhadap keseluruhan tujuan,
organisasi notasikan Lij sebagai masing-masing elemen dari hasil perbandingan
berpasangan.
Langkah
7 : Vektor prioritas PL disintesa sama dengan
langkah 5 (Pli menunjukkan prioritas untuk kriteria Ci.
Langkah
8 : Hitung prioritas keseluruhan untuk alternatif
Ai yang dinotasikan dengan Pi sebagai berikut :
Pi = M k 1 x
Langkah
9 : Pilih alternatif yang mempunyai prioritas
terbesar.
DAFTAR PUSTAKA
Permadi,
Bambang S, SE, PAU – EK – UI, 1992.
Davies
G S , Structural Control in Graded Manpower System, Management Science, 1973.
20(1), 115 – 119
Golden
B L , Wasil E A and Levy D E, Application of AHP : A Categorised, Annoted
Bibliography : In : The AHP Application and Status (Eds: Bruu G, Wasil E and
Harker P) , Springer Verlag, 2989, Berlin 37 – 48
Keith
R, managerial Manpower Planning-A Systematic Approach, Long Range Planning,
1977, April 21 – 30
Mohanty
R P, Human Resources Systems: Some Value Analysing Decisions, International
Journal of Management, 1984, 5(2), 11 – 18
Mohanty
R P, Systems Modelling for Integrated Manpower Planning In Organizations,
Industrial Engineering Journal 1981, Dec, 45 – 49.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar